“Sang Pewaris” Film Dokumenter MAN Lhokseumawe Raih Juara Harapan Dua dalam KFPI 2023
LHOKSEUMAWE (Elysa Muhayra Yusdian) – Kompetisi Film Pendek Islami (KFPI) merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama. Pada tahun 2023 di tingkat Provinsi Aceh, pendaftaran dan penyelenggaraan dimulai dari tanggal 1 April s.d. 31 Agustus 2023.
Selasa, 5 September 2023 di Hotel Grand Arabia Banda Aceh setelah melalui penilaian para dewan juri dari pakar berkompeten, di antara 13 judul film yang masuk ke dalam kategori, MAN Kota Lhokseumawe dinyatakan sebagai Juara Harapan Dua dengan judul film “Sang Pewaris” dalam ajang Kompetisi Film Pendek Islami (KFPI) Tahun 2023 yang diikutsertakan oleh siswa kelas XII MIA 3 yaitu:
Firdhila Ananda Syahputri, Namira Putri Alifa, Athari Raihan, dan Ameera.
Dalam proses pengerjaan film dokumenter yang berdurasi 5 menit 53 detik ini dibimbing langsung oleh Muhd. Akil Munanzar, S.A.P selaku pembina KOMINFO MAN Kota Lhokseumawe, serta turut didampingi oleh Yusrina, S.Pd., Nuraida, S. M., dan Eny Sahara, S. Pd., M. Pd., sebagai guru penasehat.
Film tersebut menceritakan tentang seorang pengusaha produksi alat musik khas Aceh yang telah ditekuni secara turun temurun oleh keluarganya dan beliau menjadi generasi keempat penerus usaha tersebut. Beberapa alat musik yang diproduksi seperti serunee kalee, gendang rapai, dan canang.
Pembuatan alat musik tersebut dari berbagai macam jenis kayu sesuai dengan kebutuhan kualitas suara yang dihasilkan. Dalam kondisi sekarang kegiatan-kegiatan seni yang memakai alat musik khas Aceh sudah jarang dipergunakan. Padahal, budaya ini harus tetap dipertahankan agar tidak hilang ditelan zaman dan tergilas dengan budaya seni modern yang datang dari luar negeri.
Hal ini membuat Junaeddin, tokoh dalam film tersebut tidak patah semangat, ia terus bertekad untuk memproduksi alat musik khas Aceh. Menurutnya, ini adalah salah satu caranya untuk melestarikan dan mempertahankan kebudayaan Aceh yang kian memudar.
Dengan adanya film dokumenter ini diharapkan pemerintah lebih peka dan seyogyanya dapat mendukung pelestarian warisan budaya adat Aceh, salah satunya dengan mendukung para “Sang Pewaris” seperti usaha Junaeddin ini. Sehingga, kelak anak cucu masih tetap mengenal dan tidak asing dengan budayanya sendiri. Satu kata pepatah yang tepat “Gadoh Aneuk Meupat Jirat. Gadoh Adat Pat Tamita.”